Mengenang Indonesia: "Negeri Yang Pernah Kaya Raya"

Seringkali saya dengar orang indonesia bilang kalau negara indonesia adalah negara yang kaya raya. Sungguh terlambat mereka menyadari itu semua! Kenapa? Karena memang sudah sangat terlanjur dan sungguh percuma saja untuk berbangga hati di saat ini dengan menyadari bahwa indonesia adalah negara yang kaya raya.

Saya mulai dari waktu dimana koloni belanda datang ke indonesia, kedatangan mereka itu didorong oleh kesadaran akan kekayaan yang dimiliki oleh indonesia. Para pengusaha belanda ini datang untuk mengeruk harta kekayaan yang ada di alam indonesia. Tak tanggung-tanggung, mereka menduduki dan menguras harta indonesia 350 tahun lamanya. Sedangkan penduduk indonesia hanya sekian persen saja yang bisa hidup dengan sejahtera, itupun penuh dengan syarat, mereka yang bisa tunduk dan setia kepada pemerintahan kolonial belanda saja yang bisa hidup dengan sejahtera di tanah indonesia.

Singkat waktu, indonesia mulai bangun, para pemuda yang telah belajar dari penjuru dunia datang kembali untuk mengambil hak-hak mereka dan sesepuh mereka yang telah lama diambil oleh belanda, para pemuda ini berusaha mewujudkan kemerdekaan indonesia.

Setelah kemerdekaan telah didapat, bangsa indonesia seperti anak balita yang baru bisa berjalan kaki, meronta-ronta mereka membangun urusan politik dan ekonomi negara indonesia.

Setelah menginjak remaja, layaknya kebanyakan remaja yang seringkali disebut sedang dalam masa yang labil, bangsa indonesia pun terkecoh dengan siasat kebijakan asing dari negara-negara barat. Setelah belanda dan jepang, ternyata masih banyak yang tergiur dengan kekayaan indonesia, salah satunya amerika!

Dengan lengsernya kekuasaan presiden sukarno, amerika dengan mudahnya mendapatkan kesempatan untuk mengeksploitasi kekayaan indonesia. Presiden suharto pun tersenyum melihat pengusaha-pengusaha amerika berdatangan ke indonesia kemudian mendirikan pabrik-pabrik dan industri.  Batu-bara, timah, tembaga hingga emas kembali dikuras oleh bangsa asing, namun kali ini kolonialisme berkamuflase jadi bisnis.

Rakyat indonesia pun senang bukan kepalang, mereka bisa dapatkan pekerjaan dari pengusaha-pengusaha asing yang menguras harta kekayaan alam indonesia. Gaji yang tak seberapa bukan jadi persoalan, yang penting bisa bekerja, beli makan dan membeli baju baru, mental bekas dijajah oleh belanda tampaknya belum hilang.

Padahal sebelumnya para pejuang negara bersusah payah membuat konsepsi besar bagi kekayaan alam dinegara ini, yaitu yang termaktub pada UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Konsepsi itu tampaknya dianggap rumit oleh pemerintah suharto, hingga akhirnya mereka membebaskan pengusaha asing untuk menguras harta kekayaan alam indonesia dan mempekerjakan bangsa indonesia.

Sikap presiden suharto ini mendapatkan dua tanggapan yang berbeda, yang satu adalah tanggapan dari rakyat yang belum sejahtera, yakni mereka menyambut baik dan mengagungkan sosok suharto sebagai pahlawan bangsa, sedangkan yang kedua yaitu tanggapan dari para kaum intelektual yang berpikir panjang, lalu kemudian mereka menolak kebijakan-kebijakan suharto tersebut karena imbasnya bisa berkepanjangan, anak cucu kita nanti akan sengsara dan terus jadi pekerja, kelompok kedua inilah yang menyebabkan peristiwa malari terjadi, mahasiswa, dosen dan kaum intelektual lainnya ribut dengan pemerintah.

Sekarang tahun 2018, apa yang terjadi?

Yang terjadi sekarang justru lebih lucu lagi, banyak masyarakat indonesia yang marah-marah, mencaci maki pemerintah dengan alasan hidup mereka tidak sejahtera lantaran harta kekayaan alam indonesia dikuasai bangsa asing, namun dijendela rumahnya terpampang stiker gambar bapak mantan presiden suharto sedang tersenyum dengan tulisan disampingnya yaitu: ”Piye kabare? Enak jamanku toh?”

Sekian tulisan ini, mari kita merenung bersama dan tertawa sekencang mungkin!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diamond City Drummers: Forum Drummer Kota Garut